Definisi, Unsur, dan Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Membaca Puisi
Definisi, Unsur, dan Hal-Hal yang Harus
Diperhatikan dalam Membaca Puisi 
Pengertian
Puisi
Secara
etimologi istilah puisi berasl dari kata bahasa Yunani poites, yang
berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta,
yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan
selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang
kata-katanya disusun menurut syarat dengan menggunakan irama, sajak, dan
kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang,1980:10)
       Ada
beberapa pengertin lain.
·       Putu Arya
Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit,
samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna
konotatif.
·       Watt-Dunton
(Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan
bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
·      Ralph Waldo Emerson
(Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan
kata-kata sesedikit mungkin.
Hal-Hal Yang Harus di Perhatikan
dalam Membaca Puisi
Membacakan puisi merupakan kegiatan
membaca indah. Untuk itu, pembaca harus memperhatikan empat hal, yaitu lafal,
tekanan, intonasi dan jeda.
a.        Lafal
       Lafal adalah cara seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa saat mengucapkan bunyi bahasa.
Adapun yang di maksud dengan bunyi bahasa, antara lain, [a], [c], f], [h], [u],
dan sebagainya. Pelafalan seseorang dalam bahasa dalam berbahasa sering kali
berbeda dengan orang lainnya. Berdasarkan pelafalannya itu, Anda dapat
mengetahui asal daerah seseorang karena memang beberapa kelompok masyarakat
memiliki berbagai macam pelafalan yang berbeda. Misalnya, orang Aceh dalam
melafalkan bunyi [e], berbeda dengan yang diucapakan oleh orang Sunda. 
       Meskipun, demikian dalam pelafalan suatu
bunyi bahasa haruslah jelas. Bunyi-bunyi itu tidak boleh tertukar dengan
bunyi-bunyi bahasa lain. Misalnya, bunyi [p] dengan [b], [k], dengan [h], atau
[o] dengan [u]. Untuk melatih ketepatan dalam melafalkan bunyi bahasa, Anda
harus melakukan olah vokal, misalnya mengucapkan bunyi-bunyi vokal atau
konsonan secara cepat dan bervariasi.
b.        Tekanan
Tekanan (nada) adalah keras-lunaknya
pengucapan suatu kata.  Tekanan berfungsi untuk memberi tekanan khusus
pada kata-kata tertentu. Tinggi rendahnya tekanan dapat membedakan bagian
kalimat yang satu dengan bagian lainnya yang tidak penting.
       Contoh:
     
 1.)  Pada bulan Juni banyak
terjadi hujan (bukan sedikit dan bukan jarang).
     
 2.)  Pada bulan Juni banyak terjadi
hujan ( bukan longsor ataupun peristiwa).
Perhatikanlah
bait puisi tersebut.
Tak ada yang
lebih tabah
Dari hujan
bulan juni
Dirahasiakan
rintik rindunya
Kepada pohon
berbunga
Untuk menentukan kata yang perlu mendapat penekanan
dalam bait puisi di atas, terlebih dahulu Anda perlu memahami maksud baitnya
secara keseluruhan.
Misalnya, kata yang perlu mendapat
tekanan keras adalah tak ada, bulan juni, rintik, dan pohon. Dengan
demikian, Anda perlu menggaris bawahi kata-kata itu sehingga Anda dapat
membedakannya ketika puisi itu dibacakan.
Contoh:
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
c.         Intonasi
Intonasi adalah naik-turunnya lagu
kalimat. Perbedaan itonasi dapat menghasilkan jenis kalimat yang berbeda, yakni
kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru.
Penggunaan intonasi dalam puisi
sangat penting agar pembacaannya tidak monoton sehingga pendengar pun lebih
tertarik. Intonasi juga berguna dalam memperjelas dan membedakan maksud / pesan
dari tiap larik. Untuk itu, sebelum Anda membacakannya, Anda perlu menandai,
misalnya dengan garis yang menanjak atau menurun. Dengan cara demikian, Anda
akan mudah dalam membedakan intonasi dari setiap larik ketika puisi itu anda
bacakan.
d.        Jeda
       Jeda adalah hentian arus ujaran dalam
pembacaan puisi yang ditentukan oleh peralihan larik. Jeda berpengaruh pada
jelas-tidaknya maksud suatu kata atau larik. Dalam penggunannya, jeda dikelompokkan
ke dalam tiga jenis: jeda pendek, jeda sedang, jeda panjang. Jeda pendek
digunakan antarkata dalam suatu larik. Jeda sedang  digunakan pada
bagian-bagian larik yang bertanda koma atau antarfrase, sedangkan jeda
panjang digunakan pada pergantian larik.
Contoh:
Tak ada/
yang lebih arif//
Dari hujan/
bulan juni//
Dibiarkannya/
yang tak terucapkan//
Diserap/
akar pohon/ bunga itu//
Unsur-Unsur Pembentuk Puisi
Ada beberapa
pendapat tentang unsur-unsur pembentuk puisi. Salah satunya adalah
pendapat  I.A. Richard. Dia membedakan dua hal penting yang membangun
sebuah puisi yaitu hakikat puisi (the nature of poetry), dan metode
puisi (the method of poetry).
Hakikat puisi terdiri dari empat hal
pokok, yaitu
1.        Sense (tema,arti)
       Sense atau tema adalah pokok persoalan
yang dikemukakan  oleh pengarang.
       Contoh: lingkungan, pendidikan dll.
2.        Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan
yang dikemukakan dalam puisinya.
       Contoh: penyair tidak setuju pada
tindakan seseorang yang memanfaatkan sesuatu yang dimiliki untuk tujuan-tujuan
negatif.
3.        Tone (nada)
       Tone adalah sikap penyair terhadap
pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya.
       Contoh: cenderung datar, tidak nampak
luapan emosi penyairnya.
4.         Intention (tujuan)
       Intention adalah tujuan penyair dalam
menciptakan puisi tersebut.
       Contoh: untuk merubah sikap manusia
menjadi baik dan bijaksana.
Sarana-sarana Puisi
1.        Diction (diksi)
       Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata
yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin.
2.        Imageri (imaji, daya bayang)
       Imageri adalah kemampuan kata-kata yng di
pakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan
apa yang dirasakan penyair. 
3.        The Concrete Word (kata-kata kongkret)
       the conkrete word adalah kata-kata yang jika dilihat
secara denotative sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda
sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya.
4.        Figurative language (gaya bahasa)
       adalah cara yang di pergunakan oleh
penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya
bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya.
5.         Rhythm dan rima (irama dan sajak)
       Irama adalah pergantian turun naik, keras
lembunya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah persamaan bunyi dalam
puisi.
Komentar
Posting Komentar